CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Inspirasiku

Inspirasiku
Mencari keindahan dari sesuatu hal yang menarik dan lucu

Jumat, 15 Oktober 2010

"Kalau seluruh jagat raya ini diciptakan Tuhan,... lalu Siapakah Yang Menciptakan Tuhan?"

 
 
Seorang ateis mengungkapkan pertanyaan ini dengan sangat bangga seolah-olah pertanyaan tersebut orisinil dari hasil kecemerlangan otaknya, sambil sesumbar bahwa pertanyaan tersebut menjadi salah satu bukti kemenangan ateisme atas agama Tuhan. Benarkah demikian?

Tentu tidak samasekali. Kesalahan pertama adalah ketika ateis menyangka bahwa pertanyaan tersebut orisinil dari otak mereka. Padahal pertanyaan tersebut sebenarnya merupakan pertanyaan alamiah yang bisa muncul pada setiap orang.

Orang beriman telah menemukan jawabannya, namun ternyata ateis baru bertanya-tanya. Alih-alih mereka bangga memiliki pertanyaan "cerdas", ternyata mereka ketinggalan jauh, karena jawabannya sangat mudah bahkan tanpa harus mengernyitkan dahi, mau tau jawabannya?
Kalau ateis menyangka pertanyaan tersebut tidak ada jawabannya, mereka salah besar. Yang terjadi sebenarnya ada dua kemungkinan :
  1. Dia tidak mau menerima jawaban tersebut (dikarenakan kesombongannya).
  2. Kapasitas otaknya tidak cukup memadai untuk menalar permasalahan yang sepele ini.

Mari kita sejenak pelajari pertanyaan tersebut.

Masalah "Tuhan Pencipta (creator)" dan "Makhluk yang Diciptakan (creature)" sebenarnya bersandar pada sebuah premis umum:

"Pencipta (creator)" bukanlah "yang dicipta (creature)"

Premis umum semacam ini bukan sesuatu yang harus dibuktikan karena merupakan alur logika alamiah akal manusia. Sama halnya dengan pernyataan"awal" bukanlah "kemudian" atau peryataan "tinggi" bukanlah "tidak tinggi".
 
Namun demikian ada saja ateis yang agak lamban berfikir bertanya lagi, "Apa buktinya bahwa creator bukanlah creature?" Tentu tidak ada gunanya meladeni pertanyaan kurang akal semacam ini. Karena yang dia butuhkan bukan jawaban melainkan latihan menghafal bahwa kiri bukan kanan, bahwa jauh bukan dekat, dst.
Dan bagi ateis yang menerima premis tersebut ternyata semuanya gagal menghubungkannya dengan masalah yang dia tanyakan sendiri. Padahal tinggal mengganti kata creator dengan kata Tuhan, jawaban pertanyaan "cerdas" mereka langsung terjawab tuntas.
Creator bukanlah creature diganti menjadi Tuhan bukanlah creature atau dengan kata lain "Tuhan pencipta" bukanlah "Makhluk yang diciptakan". Sehingga jawaban yang benar dari pertanyaan "Siapakah Yang Menciptakan Tuhan" adalah

"Tuhan tidak diciptakan" karena jika ada sesuatu yang diciptakan maka dia bukanlah Tuhan.

Pernyataan terakhir ini sama persis dengan pernyataan berikut, "Awal tidak didahului oleh sesuatu" karena jika ada sesuatu yang didahului oleh yang lain maka dia bukanlah awal atau tidak bisa disebut awal.
Nah jelaskan bahwa pertanyaan yang diagul-agulkan oleh ateis yang katanya tak ada jawabannya ternyata mudah banget ngejawabnya?
 

Senin, 11 Oktober 2010

Cerita Aku dan "Gie"

Beberapa waktu yang lalu aku menonton film “GIE” yang di sutradarai oleh Riri Riza dan di yang dibintangi oleh Nicholas Saputra. Film yang menceritakan tentang perjuangan seorang mahasiswa akan idealismenya, yang ”berteriak” untuk rakyatnya. Setelah saya menonoton film GIE hal pertama yang ada dalam kepala saya adalah ”apakah benar begitu?”, dan yang aku lakukan adalah mencari kebenaran diatas kebenaran. Bagiku film itu adalah secercah kesenangan yang utopis dari seorang mahasiswa penganut absolout idea. Bagiku sosok GIE adalah seorang mahasiswa yang idealis dan terlihat ’sedikit” egois.

GIE adalah merupakan sebuah fenomena ”besar” dari sebuah fenomena besar didalam sejarah gerakan kepemudaan di Indonesia terutama gerakan Mahasiswa, dimana GIE adalah seorang tokoh yang mewakili gerakan pemuda pasca angkatan 45 (angkatan 66),… tetapi ada suatu fenomena menarik dan kontroversial dari GIE, yaitu sebenarnya bagaimana pola perjuangan dari Soe Hok Gie sendiri, apakah ia seorang Sosialis, Marxist/Komunis???. Pada proses awal GIE melawati masa kecil dengan kesendirian dan dunianya. Prinsip hidupnya yang lebih baik ”terkucilkan” sebenarnya secara tak langsung telah membentuk kepribadian yang egois dan tak percaya pada orang lain. Bahkan sikap itu tak ia lepaskan sampai dia lulus SMA.

Disamping itu Gie merupakan sosok manusia yang memiliki jiwa humanisme meskipun terkadang, ia merasa bahwa ia adalah manusia special di antara manusia lainnya. Jika kita lihat pada alur film GIE, Soe Hok Gie senang membaca buku berbau ”keKirian”, seperti misalnya buku ”Marx and Engels on Religius”. Secara tak langsung Gie memahami apa itu konsep marsist dan hidup dengan kolektivitas. Tetapi seperti penjelasan yang diatas apakah pola perjuangan dan bendera ideologisnya tak ada yang tahu. Jika dilihat pada pertengahan film itu sosok Gie tidak lah memihak pada ”Kiri atau Kanan” pada saat itu. Dia berkata bahwa dia seorang netral. Tetapi mengapa ketika keadaan tengah genting dan terdesak (66) Gie merangkak ke arah ”Kanan”, dan bersama ABRI membentuk persekutuan.

Apakah Gie yang gemar berbicara tentang politik tidak tahu akan arti politik?, tidaklah mungkin itu. Dari prilaku Gie yang seperti itu yang saya tangkap adalah sifat Gie yang munafik dan tak mudah untuk menghadapi kekurangan, sikap yang dimiliki oleh manusia pada umumnya. Pada saat Gie mulai merapat ke arah ”Kanan” dia mempunyai sebuah alasan, alasannya adalah ia berharap ”dengan ABRI memegang kekuasaan maka keadaan rakyat dapat berubah”. Tetapi kenyataannya ia telah membangkitkan setan yang sdang tertidur yang berkuasa selama tiga puluh dua tahun. Rezim diktator militerisme yang lebih parah dan busuk dari sebelumnya.

Di atas aku berkata bahwa Gie adalah seorang yang Absolout idea (Hegelian). Gie memang mengetahui dan memahami ajaran-ajaran Marx dan Engels, bahkan Gandhi. Tetapi sikap dan prilakunya bagiku Gie tak lebih dari seorang Hegelian yang menganut absolout idea secara tak langsung atau kasarnya adalah seorang Marxisme murtad. Sifatnya yang tak berpihak dan ego, membuatnya terperangkap dalam pikirannya sendiri. Baginya kebenaran adalah dirinya dan pengetahuan juga hanya ada dalam dirinya. Bukan sosok yang mudah menerima tentang kebenaran yang di bawa oleh orang lain. Sungguh bertolak dengan apa yang dia pelajari, memperkosa nilai Marxisme. Selain itu pada awal mulanya Gie juga penganut paham Pesimisme. Hal ini tercermin dalam setiap tulisan-tulisannya.

Sebelum dia meninggal pada bulan Desember 1969, ada satu hal yang pernah dia bicarakan dengan saya. Dia berkata, "Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Toh, kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi, apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? Kadang-kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian".

Untuk penutup tulisan saya kita renungkan kembali perkataan dari Socrates yang di kutip oleh Gie....
“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda.”. dan berakhirlah cerita mahasiswa Idealis yang tersesat dalam dirinya sendiri.

aku. .

Slamet 3428 mdpl

saya ingin membagi pengalaman saya tentang perjalanan saya selama berkeliling indonesia ke daerah2 terpencil untuk mendaki gunung namun saya bingung harus mulai dari mana, ya akhirnya saya putuskan untuk mulai dari pendakian saya menuju gunung Slamet di Purbalingga, Jawa Tengah..

Malam itu selepas pulang kuliah badan saya terasa sangat lelah,, capek sekali.. ingin sekali mandi air panas sampe mendidih ye klo perlu (lebay), lalu saya bertanya kepada kakak saya yang bernama ardiansyah alle, (beneran loh itu kakak saya, klo ga percaya cari aj fesbuk atau tuiter-nya).. saya bertanya ke dy "enaknya naik gunung kemana ya?? gunung slamet keren juga nih kayanya," dy cm senyum dan bilang "lo pny budget brp??" terus saya bilang "gw punya badget 450 ribu, pasti bsa kan??" trus dy bilang "mw bareng sp lo naek??" saya berhenti bicara dan memikirkan dengan siapa saya akan pergi nantinya, akhirnya saya mengambil keputusan untuk memilih adik saya sendiri untuk mendaki gunung slamet dengan semua ongkos perjalanan saya yang tanggung, keputusan saya ini sangat mendadak karena saya akan berangkat ke purbalingga esok lusa, akhirnya saya segera bergegas membeli keperluan mendaki dengan badget yang sangat minim.. gila parahnya saya hanya punya uang 50ribu untuk membeli kebutuhan logistik, padahal seharusnya saya membutuhkan uang sebesar 150ribu untuk logistik ya tapi mau gimana lagi..(apess=monyet ya!) cuma bisa beli sedikit doang, itu juga diakalin dengan banyak membawa indomie rebus dan beras, setelah logistik terbeli selanjutnya adalah tiket perjalanan kereta api, adduhhh,,,, ternyata sulit ya cari jadwal perjalanan kereta ekonomi tujuan purwokerto, kebanyakan ada yg perjalanan kereta bisnis sama eksekutif(mungkin lebih bonafit kali yee).. haha. setelah 3 jam di layar komputer akhirnya saya menemukan jadwal keberangkatan kereta, kereta berangkat pukul 07.24 dari stasiun pasar senen, akhirnya kita persiapan packing untuk besok berangkat, namun saat malam mama bilang kalo naek gunung tuh jangan buru2, ngak baik nantinya mending berangkatnya lusa aja, ya mau gimana lagi omongan orang tua dan saat itu juga kita sedang kekurangan alat2 yang lain dan mama berjanji untuk membelikan semua keperluan pendakian kita(mama yang sangat baik hati.. love you!), akhirnya hari yang ditunggu datang, saya dan adik saya Maulana Rizky akan melakukan perjalanan jauh hanya berdua.. hoho, kita berangkat subuh dari rumah sekitar jam 05.35 karena harus sampe stasiun pasar senen jam 07.24.. kita naik mobil omprengan plat hitam menuju cengkareng lalu lanjut dengan busway untuk menuju stasiun, ketika menunggu busway di halte rawa buaya kalideres seorang laki2 warga keturunan bertanya "mau naek gunung mas?" mungkin orang itu heran melihat bawaan saya dalam tas carrier ukuran 100 liter fullpack yang isinya pasti berat bangeeeeetttttttttt........ saya hanya menjawab "iya mas mau naek gunung." ehh.. dy bilang mw k gunung mn?" saya bilang aj Gunung Slamet di Jawa Tengah(ciee,, dengan bangganya) trus dia cuma bilang "owh.. saya juga pernah ke situ." saya dan adik saya heran juga sebenarnya, saya kira dia cuma becanda namun setelah saya bicara panjang lebar tentang gunung akhirnya saya percaya bahwa dia memang sesepuh gunung paling expert dehhh.. sepanjang perjalanan menuju stasiun terus saja ngobrol samapi akhirnya saya tiba di halte pasar
senen, jam menunjukkan sudah jam 07.10 saya dan adik saya tidak mau ketinggalan kereta dan kitapun cepat bergegas menuju stasiun, sesampainya di stasiun saya heran kok loket kereta belum dibuka ya??(mungkin PNS pegawai kereta api males2..) saya tunggu sampe jam 08.30 masih belum buka, saya bingung dan bertanya ke salah satu petugas piket kereta api, "pak kerata ekonomi tujuan purwokerto berangkat jam berapa ya?" trus dy bilang "ohh nanti jam 12 siang!" saya cuma bisa diam dan termangu sambil berusaha untuk tetap bertanya "ohh gtu ya pak(sok cool padahal shock), yaudah trus nama keretanya apa pak?" trus dy jawab lagi "kereta gaya baru malam nanti ade antrinya di loket nomor 17 ya,, saya jawab "ohh gtu yah pak, yaudah terimakasih banyak ya pak." lekas cpat2 pergi dan langsung bilang ke kiki(Maulana Rizky), "ki gw salah ngeliat jadwal kereta, hahha,, kereta baru dateng jam 12 siang." trus kiki bilang "ohh.. trus gimna nih? mau nunggu aja??" saya jawab "ya mau gimana lagi kita tungguin tuh kereta", setelah menunggu lama akhirnya kereta yang ditunggu2 datang juga, agak telat setengah jam sih tapi katanya sih itu wajar, oke tiket sudah di tangan karena sebelumnya sudah ngantri di loket selama 1 jam, kita dapat tempat duduk di gerbong 8, yess... uhuiii... dan sepanjang perjalanan di kereta menuju purwokerto kita mengalami banyak kejadian aneh dan konyol seperti...

bersambung ke part 2.

Senin, 22 Februari 2010

Lucu

Hehehe...